Contoh Soal Metode Rata-Rata Tertimbang

Contoh Soal Metode Rata-Rata Tertimbang - Metode rata-rata tertimbang adalah salah satu metode yang digunakan untuk menghitung biaya persediaan barang dagangan atau bahan baku. Metode ini mengasumsikan bahwa semua barang yang ada dalam persediaan memiliki biaya yang sama, yaitu rata-rata dari biaya pembelian dan biaya persediaan awal. Dengan demikian, biaya persediaan akhir dan harga pokok penjualan tidak dipengaruhi oleh urutan keluar masuknya barang. Artikel ini akan memberikan contoh soal metode rata-rata tertimbang dan cara menyelesaikannya.
Apa itu Metode Rata-Rata Tertimbang?
Metode rata-rata tertimbang adalah metode yang menghitung biaya persediaan dengan cara membagi jumlah biaya persediaan awal ditambah biaya pembelian selama periode akuntansi dengan jumlah unit persediaan awal ditambah unit pembelian selama periode akuntansi. Rumusnya adalah sebagai berikut:
Rata-rata tertimbang per unit=(Biaya persediaan awal+ Biaya pembelian)/(Unit persediaan awal+ Unit pembelian)
Biaya persediaan akhir= Rata-rata tertimbang per unit x Unit persediaan akhir
Harga pokok penjualan= Rata-rata tertimbang per unit x Unit penjualan
Metode rata-rata tertimbang memiliki beberapa kelebihan dan kekurangan, antara lain:
Kelebihan:
- Mudah dihitung dan dipahami
- Menghindari distorsi biaya akibat fluktuasi harga
- Cocok untuk barang yang homogen atau tidak dapat dibedakan
Kekurangan:
- Tidak mencerminkan aliran fisik barang
- Tidak sesuai dengan prinsip pencocokan (matching principle)
- Berpotensi menimbulkan kesalahan dalam perencanaan laba
Pertanyaan yang Sering Ditanyakan
Bagaimana cara menghitung rata-rata tertimbang?
Cara menghitung rata-rata tertimbang adalah dengan membagi jumlah biaya persediaan awal ditambah biaya pembelian selama periode akuntansi dengan jumlah unit persediaan awal ditambah unit pembelian selama periode akuntansi. Contoh: Jika pada awal periode, persediaan terdiri dari 100 unit dengan biaya Rp10.000 per unit, dan selama periode tersebut terjadi pembelian 200 unit dengan biaya Rp12.000 per unit, maka rata-rata tertimbang per unit adalah:
(100 x Rp10.000)+(200 x Rp12.000)/(100+ 200)= Rp11.333,33 per unit
Bagaimana cara menghitung biaya persediaan akhir dengan metode rata-rata tertimbang?
Cara menghitung biaya persediaan akhir dengan metode rata-rata tertimbang adalah dengan mengalikan rata-rata tertimbang per unit dengan jumlah unit persediaan akhir. Contoh: Jika pada akhir periode, persediaan tersisa 50 unit, dan rata-rata tertimbang per unit adalah Rp11.333,33, maka biaya persediaan akhir adalah:
50 x Rp11.333,33= Rp566.666,50
Bagaimana cara menghitung harga pokok penjualan dengan metode rata-rata tertimbang?
Cara menghitung harga pokok penjualan dengan metode rata-rata tertimbang adalah dengan mengalikan rata-rata tertimbang per unit dengan jumlah unit yang terjual. Contoh: Jika selama periode tersebut, terjadi penjualan sebanyak 250 unit, dan rata-rata tertimbang per unit adalah Rp11.333,33, maka harga pokok penjualan adalah:
250 x Rp11.333,33= Rp2.833.332,50
Apa perbedaan metode rata-rata tertimbang dengan metode FIFO dan LIFO?
Metode FIFO(first in first out) adalah metode yang mengasumsikan bahwa barang yang pertama kali masuk persediaan adalah barang yang pertama kali keluar. Dengan demikian, biaya persediaan akhir dan harga pokok penjualan akan mencerminkan biaya barang yang terakhir kali dibeli. Metode LIFO(last in first out) adalah metode yang mengasumsikan bahwa barang yang terakhir kali masuk persediaan adalah barang yang pertama kali keluar. Dengan demikian, biaya persediaan akhir dan harga pokok penjualan akan mencerminkan biaya barang yang pertama kali dibeli. Metode rata-rata tertimbang adalah metode yang mengasumsikan bahwa semua barang dalam persediaan memiliki biaya yang sama, yaitu rata-rata dari biaya pembelian dan biaya persediaan awal.
Apa pengaruh metode rata-rata tertimbang terhadap laba bersih?
Pengaruh metode rata-rata tertimbang terhadap laba bersih tergantung pada kondisi pasar. Jika harga barang cenderung naik, maka metode rata-rata tertimbang akan menghasilkan biaya persediaan akhir dan harga pokok penjualan yang lebih tinggi daripada metode FIFO, tetapi lebih rendah daripada metode LIFO. Hal ini berarti bahwa laba bersih yang dihasilkan oleh metode rata-rata tertimbang akan lebih rendah daripada metode FIFO, tetapi lebih tinggi daripada metode LIFO. Sebaliknya, jika harga barang cenderung turun, maka metode rata-rata tertimbang akan menghasilkan biaya persediaan akhir dan harga pokok penjualan yang lebih rendah daripada metode FIFO, tetapi lebih tinggi daripada metode LIFO. Hal ini berarti bahwa laba bersih yang dihasilkan oleh metode rata-rata tertimbang akan lebih tinggi daripada metode FIFO, tetapi lebih rendah daripada metode LIFO.
Kesimpulan
Metode rata-rata tertimbang adalah salah satu metode yang digunakan untuk menghitung biaya persediaan barang dagangan atau bahan baku. Metode ini mengasumsikan bahwa semua barang dalam persediaan memiliki biaya yang sama, yaitu rata-rata dari biaya pembelian dan biaya persediaan awal. Metode ini memiliki kelebihan dan kekurangan, serta pengaruh terhadap laba bersih yang tergantung pada kondisi pasar. Artikel ini telah memberikan contoh soal metode rata-rata tertimbang dan cara menyelesaikannya dengan mudah.
Demikian artikel tentang contoh soal metode rata-rata tertimbang. Semoga bermanfaat dan menambah wawasan Anda. Terima kasih.